USNINFO- Demokrasi di lingkungan kampus bukan sekadar rutinitas pemilihan atau ajang perebutan jabatan organisasi. Ia adalah pilar utama dalam membangun iklim intelektual, menanamkan nilai keadilan, dan mempersiapkan calon pemimpin masa depan bangsa. Namun realitas di Universitas Sembilanbelas November (USN) Kolaka menunjukkan kemunduran yang memprihatinkan.

Sistem demokrasi kampus di USN Kolaka semakin kehilangan rohnya. Proses pemilihan di organisasi kemahasiswaan kian sarat kepentingan, tidak transparan, dan jauh dari partisipatif. Suara mahasiswa dikebiri, dan keputusan-keputusan penting kerap diambil oleh segelintir elite kampus yang menjadikan organisasi sebagai alat kontrol, bukan sebagai ruang aspirasi.

Fenomena ini adalah cerminan kegagalan sistemik dalam kaderisasi pemimpin muda. Kampus yang seharusnya menjadi laboratorium demokrasi, kini justru menjadi tempat berkembangnya oligarki kecil. Mahasiswa dengan kapasitas, integritas, dan keberanian bersuara kerap disingkirkan—bukan karena ketidakmampuan, tetapi karena tak tunduk pada permainan kekuasaan.

Demokrasi kampus tidak bisa dibiarkan menjadi formalitas belaka. Ia harus hidup dalam semangat keterbukaan, keadilan prosedural, dan kebebasan berekspresi. Jika nilai-nilai itu mati di lingkungan akademik, maka jangan heran bila kita kelak dipimpin oleh generasi yang kaku, manipulatif, dan anti-kritik.

Sebagai mahasiswa Fakultas Hukum, saya menilai ini sebagai kondisi darurat. Demokrasi kampus bukan hanya tanggung jawab pengurus organisasi, tetapi juga seluruh sivitas akademika. Jika kita abai, maka kampus akan gagal melahirkan pemimpin yang berpihak pada rakyat.

USN Kolaka harus segera berbenah. Reformasi sistem demokrasi internal harus dimulai—dari transparansi pemilihan, keterlibatan aktif mahasiswa, hingga pengawasan terhadap penyalahgunaan kewenangan di dalam organisasi kemahasiswaan. Kita tidak butuh boneka politik kampus, kita butuh pemimpin yang lahir dari proses yang bersih dan jujur.

Sudah saatnya kita, mahasiswa USN Kolaka, bersatu menyuarakan perubahan. Demokrasi bukan hadiah, ia harus direbut dan diperjuangkan.


Oleh: Sahid Marif, Mahasiswa Fakultas Hukum USN Kolaka

Post a Comment

أحدث أقدم